Friday 23 October 2015

Waspada Kejahatan Penipuan Penjualan Rumah

Rumah termasuk ke dalam salah satu kebutuhan pokok, karena itu selalu saja ada orang yang mencari dan berniat membeli rumah. Sayangnya, kenyataan ini dimanfaatkan oleh sebagian orang yang tidak bertanggung jawab dengan mencoba melakukan kejahatan penipuan dengan kedok penjualan rumah. Modusnya adalah dengan menawarkan rumah murah atau rumah yang harganya di bawah harga pasar. Dengan semakin tingginya harga-harga rumah, terutama di wilayah sekitar Jabodetabek, membuat penawaran rumah murah atau rumah yang di bawah harga pasar cukup menggiurkan. Si penipu tidak mengincar jumlah uang yang besar, si penipu hanya mengincar transfer tanda jadi dari calon korban lalu kemudian menghilang.


Biasanya kasus-kasus penipuan seperti ini banyak ditemukan di media online. Bahkan tidak jarang kita temui penawaran rumah dengan deskripsi yang cukup menarik dan cukup jelas, seolah-olah memang ini serius menjual rumah.

Pada saat awal-awal Mama Lala mencari rumah, Mama Lala juga menemui kejadian seperti ini. Bermula pada saat iseng-iseng browsing website jual beli rumah, Mama Lala menemui rumah dijual di daerah Melati Mas Serpong dengan harga 200jutaan. Cukup mengagetkan memang melihat rumah di daerah Melati Mas Serpong dengan harga masih 200jutaan dan itu kejadian sekitar setahun lalu dimana harga pasaran rumah di daerah tersebut minimal 800juta lebih. Mama Lala coba menelfon orangnya tetapi tidak diangkat, smspun tidak dibalas. Karena waktu itu masih mengontrak di daerah Graha Raya Bintaro, kebetulan dekat ke Melati Mas (dan di websitenya sudah dicantumkan alamatnya), Papa Lala langsung berinisiatif untuk mensurvey dahulu rumahnya.

Tidak lama kami langsung sampai di daerah Melati Mas, tetapi anehnya setelah cukup lama berkeliling Melati Mas, kami tidak menemukan alamat yang dicantumkan. Akhirnya Mama Lala coba telfon lagi dan kebetulan diangkat (suaranya Ibu-ibu). Ketika Mama Lala menanyakan alamat detilnya sambil menginformasikan bahwa kalau posisi kami sudah di Melati Mas tapi tidak ketemu dengan alamatnya. Si Ibu-ibu tersebut langsung dengan ketusnya menjawab "rumahnya sudah laku" dan langsung ditutup.

Dari situ kami sudah curiga, kok rumahnya sangat murah, seharga rumah jauh di pinggir kampung, mengingat rumah sejenis di daerah itu buka harga minimal 800jutaan. Kecurigaan kedua yaitu orangnya tidak mau terbuka, sepertinya sasarannya memang bukan orang lokasinya dekat dengan daerah itu. Jadi tujuannya adalah orang yang jauh dan tidak familiar dengan lokasi itu.

Kejadian kedua masih tidak terlalu lama. Kebetulan kami sedang ada bujet untuk membeli rumah, jadi proses survey yang serius pun dimulai. Kami menemukan iklan rumah dijual di daerah Pamulang dengan harga yang relatif murah (walaupun tidak masuk kategori murah yang tidak masuk akal), kalau tidak salah tidak sampai 300jutaan. Papa Lala berhasil menghubungi orangnya dan orangnya pun cukup koperatif dia mempersilakan untuk survey rumahnya. Dan ternyata ketika kami sampai sana memang benar ada alamat dan rumahnya. Rumahnya terlihat kosong dan terlihat baru selesai di renov, tapi dalam kondisi terkunci dan tidak terlihat ada plang dijual. Mumpung masih di daerah itu, kami coba iseng-iseng membandingkan dengan rumah lain di komplek tersebut yang dijual. Cukup kaget ternyata rata-rata untuk rumah tipe yang sama harga pasarannya sudah lebih dari 550jutaan. Kecurigaan pun mulai timbul. Terlebih lagi pada saat orangnya menelfon balik, bilang bahwa dia sedang ada di luar kota. Si penipu tersebut bilang kalau rumahnya banyak peminatnya, tapi sayangnya sedang diluar kota. Dia bilang bisa menemui kami jika memang berminat dan ada tanda jadi sebagai pengikat komitmen. Nah, dari situ langsung kami tutup telfonnya.

Nah, Mommies, berikut tips singkat dari Mama Lala supaya kita terhindar dari penipuan:
1. Satu hal yang pasti, jangan sekali-kali transfer uang muka, tanda jadi atau apapun namanya itu sebelum kita bertemu dengan penjual dan memastikan legalitas rumah tersebut. Menemui pembeli adalah kewajiban seorang penjual (baik itu pemilik langsung ataupun broker) dimanapun posisinya dia berada. Istilahnya adalah resiko bisnis. Setelah kita yakin betul rumahnya sudah sesuai dan legalitasnya sah dan bebas masalah, baru kita bisa melanjutkan transaksi ataupun menyerahkan tanda jadi. Hiraukan kalimat "rumah ini banyak peminatnya", karena hal itu hanyalah trik belaka supaya kita terburu-buru dan tidak waspada.

2. Pahami harga pasaran daerah yang dituju. Baik itu lingkungan perumahan komplek ataupun lingkungan perumahan biasa, biasanya mempunyai harga pasaran yang berbeda. Kita wajib curiga apabila ada yang menjual rumah terlalu jauh di bawah pasaran.

3. Pastikan rumah yang dijual sesuai iklan dan memang yang dijual adalah rumahnya, bukan rumah orang lain apalagi yang masih ditinggali.

4. Penjual yang baik adalah penjual yang mau dan bisa menemui pembeli dengan kondisi apapun tanpa meminta imbalan uang terlebih dahulu. Mama Lala pernah menemui salah seorang broker rumah, bahkan dia sampai harus membawa anaknya ketika menemui kami karena ternyata dia habis menjemput anaknya sekolah. Ini adalah sebagai bentuk komitmen profesi. Jika ada penjual yang cukup ribet dan tidak mau ditemui atau dilihat barang jualannya, sebaiknya batalkan transaksinya, masih banyak penjual lain yang berjualan dengan jujur dan benar.

Demikian kisah pengalaman kami, semoga dapat bermanfaat.

No comments:

Post a Comment